Strategi Mencapai Sum.Utara Bermartabat, Plus Meningkatkan Pendapatan Daerah
Strategi Mencapai Sum.Utara Bermartabat, Plus Meningkatkan Pendapatan Daerah
Penulis : Hj.Mardiana Alias Bundo
Wartawati : Online Indonesia Berkibar News
Berbicara soal martabat atau seseorang bisa dinilai oleh orang lain, dikatakan bermartabat taklah mudah .Karena martabat itu bukan sebagai “barang polesan”, yang bisa di “ stel” bila dikehendaki untuk “,menghadap” seseorang demi untuk kepentingan pribadi. Tapi merupakan hal yang “hakiki” dari dalam jiwa seseorang. Sehingga martabat itu akan membias dalam penampilan kehidupan keseharian. Tak peduli, apakah dihadapan “orang kecil” artinya tak memandang derajat, pangkat, titel seseorang di depan nama dibelakang nama yang panjangnya sehingga tak mudah untuk menyebutkannya. Penampilan bermartabat akan tetap “melekat” pada dirinya.
Kitapun Bisa Berbartabat
Akankah bermartabat itu tak bisa kita miliki . Tentu saja bisa.Kenapa tidak!. Bak pepatah orang “tempo doeloe “, besi saja bisa ditempa menjadi barang/parang, konon pula manusia. Asal saja jangan pula “awak bodoh belagak pintar, pintarpun tak terikuti” tak mau menerima pengajaran yang baik dari orang yang memang pintar.
Nah, dengan munculnya pasangan pemimpin kita di Sum.Utara, Gubernur-Wakil Gubernur H.Edy Rahmayadi, H.Musa Rajekshah, telah dilantik oleh “orang nomor satu” negeri ini Presiden H.Joko Widodo pada tanggal 5 September 2018 di Istana Presiden, maka sesuai visi-misi pasangan ini yakni masyarakat harus bermartabat.
Sang Gubernur, yang mantan Jenderal Panglima Komando Strategi Angkatan Darat (Pangkostrad), yang dikenal sudah di “godok dalam kawah candradimuka” Angkatan Darat ini, melancarkan strategi “apik”nya untuk menjadikan rakyat Sum.Utara yang berjumlah 14 juta lebih bermartabat.
Belum lagi “panas kursi” Gubernur Sum.Utara, di lantai 10 kantor Gubernur Sum.Utara, Jalan Pangeran Diponegoro No.10 didudukinya (Gubsu Edy Rahmayadi), Edy telah “turun bawah” keberbagai kabupaten bertatap muka dengan penguasa/Bupati di sana. Tak sekedar tatap muka . Selain memberikan petunjuk upaya menjadikan masyarakatnya bermartabat.
Menurut Edy Rahmayadi, bahwa siapa saja akan bisa “menyandang kalimat bermartabat” untuk dirinya. Menurutnya, ada beberapa hal mesti yang diketahui, untuk diimplementasikan dalam kehidupan .
Yaitu , laksanakan perintah Sang Maha Kuasa, sesuai agama yang dianut. Pemuka, Tokoh Agama akan berperan maksimal membawa umatnya kejalan yang BENAR. Dengan tujuan untuk membangun masyarakat, bangsa dan Negara. Dalam agama tidak dibenarkan melakukan hal hal bertentangan dengan suruhan agama. Umpamanya merusak sumber daya alam (SDA) yang merupakan ciptaanNYA. Bila itu dirusak maka dampaknya seperti bencana akan di”terima” banyak orang.Sebaliknya,apa yang telah diciptakan ALLAH Tuhan Semesta Alam sama kita jaga lestarikan untuk dinikmati generasi penerus.Korupsi, menzalimi.
Bagi umat Islam tunaikan Sholat 5 (lima )waktu.
Buang rasa iri,dengki, bangun Sum.Utara dengan penuh keikhlasan tanpa pamrih.
Akankah, soal martabat ini hanya merupakan pihak pemerintah?.Tentu saja tidak. >Seluruh elemen masyarakat tanpa kecuali mesti berperan serta.
Ormas Pemuda, Tokoh agama,Tokoh Masyarakat, pengajian wanita, pengajian kaum bapak, Remaja Mesdjid, Remaja Gereja, tak terkecuali para pemuda indonesia dari berbagai Keturunan.
Maka, dengan peran aktif tersebut, kita percaya apa yang diharapkan oleh Pemegang Tongkat Estapet Gubernur Sumut dapat terealisasi.Amin.
“Kaitan Dengan Pendapatan Daerah”
Apa kaitan martabat dengan meningkatkan pendapatan daerah?. Woow, tentu saja ada.
Seorang Kepala Daerah/Bupati yang mempunyai martabat, tak pelak lagi masyarakat yang dipimpinnya secara langsung maupun tak langsung akan mengikuti jejak pemimpinnya. Bupati/walikota yang bermartabat akan selalu focus terhadap Tugas Pokok Fungsi (TUPOKSI), membina masyarakatnya agar mengelola semaksimalnya potensi yang ada di daerah itu. Potensi yang ada di atas tanah/bumi seperti hewan ternak, hortikultura, hutan, ada dalam perut bumi, di danau, kolam, sungai.
Produk berkualitas, berkuantitas sehingga penjualan berkesinambungan bila terjadi transaksi penjualan.Tidak terjadi stagnasi. Bila hal ini terpenuhi sangat terbuka peluang “manis” produk ini akan menjadi incaran, tak saja konsumen local,dalam negeri dan luar negeri. Contoh, produk hortikultura ( sayur mayur), dan beberapa jenis produk lainnya ada di Sum.Utara. Sudah ada “terbang ke luar negeri/ekspor” Malaysia,Singapura, Februari dan Maret 2019 beberapa jenis hasil produksi Sum.Utara telah dilepas oleh Gubsu Edy Rahmayadi dan Wagubsu Musa Rajekshah.
Hayoo! Mari kita bangkit dari keterlenaan .Gubernur –Wakil Gubernur mengajak masyarakat yang daerahnya mempunyai potensi terus “menggenjot” produksinya. Lakukan kerja keras.Jangan hanya “menggantang asap,madu sebelanga akan tumpah tersepak”
Seluruh yang ada di atas tanah bila dikelola secara professional akan mempunyai prospek ekstra cerah untuk menghasilkan peningkatan penghasilan. Artinya, melalui inilah akan muncul “Peningkatan Pendapatan Daerah”. Maka, dengan cara ini pulalah, masyarakat Sumut, secara bertahap, pelan tapi pasti. Kemiskinan akan tinggal sebagai Kenangan.
“Relefansi Martabat-Pendidikan”
Berbicara tentang marbartabat.Bermartabat memang merupakan “kesatuan” yang memang merupakan “persenyawaan” kedua bagian ini tak terpisahkan. Mengapa?.Pertanyaan sangat mudah untuk di”cerna”kan. Pendidikan. Pendidikan merupakan suatu “awal” dari bermacam ,berbagai lini untuk mencapai, memperoleh cita-cita. Setelah cita dan impian tersosialisasi, maka martabatpun sudah “menghadang di depan”. Sudah barang tentu. Izin Sang Maha Kuasa Allah.
Bila kita gemar membaca, bila kita suka menyaksikan berbagai audio visual berkaitan dengan pendidikan kususnya orang orang yang berhasil dalam meniti/menapak kariernya dibidang masing masing, maka seluruhnya mereka ini telah menghabiskan uang orang tuanya (sejak usia sekolah-mencapai predikat sarjana) menimba/menuntut ilmu formal dibangku sekolah.
Dengan pendidikan Sum.Utara ini, akan bangkit!, akan lebih maju, lebih berwawasan, bisa “duduk sejajar, berdiri sama tinggi” dengan provinsi lainnya dalam berbagai hal. Semisalnya dengan Surabaya. Kita bisa. Kita bisa. Sumut punya potensi dibidang Sumber Daya Manusia (SDM), hanya saja selama ini masih “tertidur” . Kini, bangun!!!. Gubsu Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah akan “membangunkan masyarakat Sum.Utara dengan” tongkat estapet”. Rasanya, akan “berdosalah” sebagai pemimpin jika, dalam kepemimpinannya masyarakatnya secara “konprenhensif hanya jalan ditempat”.
Untuk mendapat predikat tersebut kita pun tak boleh melupakan peran dari pendidik. Jadi tepatlah orang bijak bilang “ Guru Adalah Mutiaraku”.
Di Sum.Utara, Gubenur/Wagub, tak berkenan hanya menerima laporan Asal Bapak Senang (ABS) dari Kepala Sekolah Menengah (SMA) Negeri, ia turun langsung memberikan “wejangan” mungkin “wejangan” yang disampaikan Gubsu itu ,oleh Kepala Sekolah terasa “pedas ditelinga” mereka. Namun, semua itu dimaksudkan oleh Gubernur agar anak didik/siswa akan menjadi manusia berkualitas, berkarakter. Pada muaranya akan menjadi manusia bermartabat.
Soal pendidikan di sekolah, sering kita dengar terjadi berbagai hal kurang mengenakkan antara anak didik dengan pendidiknya/guru. Terkadang, bila guru menerapkan “disiplin” terhadap anak didik tersebut karena melanggar ketentuan sekolah. Tak jarang bisa terjadi orang tua/wali murid “perang urat saraf” sampai sampai menjadi “konsumsi” umum yang ditayangkan dimedia cetak/surat kabar. Menyedihkan.Sebaliknya masyarakat juga berharap agar para guru menerapkan disiplin sesuai ketentuan berlaku.
Guna hal semacam itu tak terulang, atau terjadi lagi, maka Gubsu Edy Rahmayadi, minta agar para orang tua/wali murid berperan serta/aktif membina putra/inya. Pendidikan untuk menjadikan anak didik itu sebagaimana diharapkan bukan semata kewajiban pendidik/guru.
Pendidikan tak hanya mampu di “kenyam” orang berduit. Pemerintah memberikan kemudahan melalui berbagai upaya, semisalnya memberikan bea siswa kepada siswa , mahasiswa berprestasi.Sebagaimana kita ketahui, tak sedikit pula generasi penerima bea siswa menunjukkan prestasi bahkan prestise dibidangnya.
Tak sedikit pula jumlahnya di daerah ini bermunculan Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), semua itu menunjukkan betapa pentingnya pendidikan mulai dari usia dini (asal bisa berbicara) maka, sudah ada sarana-prasana menanti kedatangan mereka. Selain itu, untuk memberikan motivasi kepedulian terhadap pendidikan Usia Dini ini, Ketua, Wakil Ketua PKK Sumut diberi kedudukan sebagai Ibu PAUD.
Menyimak Hadist Junjungan Kita Baginda Muhammad Rasullullah ,Tuntutlah Ilmu Dari Buaian (dari bayi) Sampai Ke Negeri Cina ( sekalipun ketempat yang jauh).
“Orang Berpendidikan Mesti Sehat Lahir Bathin”
Bagaimana seorang anak manusia memperoleh pendidikan yang akan mencapai martabat jika lahir bathinnya sakit.Tak sehat!. Sehat! Sehat itu mahal. Kesehatan melebihi dari kekayaan!. Maka tak mengherankan pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai taktik strategi agar anak bangsa ini sehat. Sehat lahir bathin. Untuk itu ada BPJS, ada surat miskin ,dan berbagai jenis kartu lainnya semua bertujuan demi rakyat, masyarakat memperoleh kesehatan.
Untuk memperoleh lahir yang sehat bukan hanya “menggantungkan” kepada pemerintah saja. Tetapi, di sini tak kalah pentingnya peran orang tua. Terkhusus ibu. Ibu merupakan “sumber insani”, akan lebih dahulu menjaga kesehatan anak anaknya. Seorang ibu , meski tidak menyandang predikat tinggi. Namun dia mampu mengatur menu akan disantap keluarganya. Ibu yang cerdas karena rajin membaca, rajin bertanya kepada “mbah googlee” yang siap memberikan tatanan menu sehat , meski dari berbagai produk murah , meriah tapi padat gizi,protein. Selalu mengikuti petunjuk dari pelayanan kesahatan Puskesmas. Sehat dari usia dini akan membawa sehat pada usia usia selanjutnya.
Orang yang memiliki sehat lahir tentu saja wajib memiliki sehat bathin. Bila kedua bagian penting ini “mengkristal”, maka kelak diharapkan menjadi generasi penerus berkualitas. Pada akhir akan memegang “tongkat estapet” berbagai lini di negeri tercinta INDONESIA. Amin.
Posting Komentar