Kepala Perwakilan BI Provinsi Sumut Wiwiek Sisto Hidayat : Pertumbuhan Ekonomi Sumut Melambat 1,3 -1,7 Persen

5 Juni 2020
Medan | Indonesia Berkibar News - Bank Indonesia (BI) memprediksi perekonomian Sumatera Utara pada triwulan kedua tahun 2020 ini tumbuh melambat di kisaran 1,3-1,7 persen saja. Hal ini dikarenakan masih merebaknya pandemi covid-19. Sementara pada kwartal satu kemarin, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan 4,8 -5,2 persen. Hal ini  disampaikan Kepala Perwakilan  Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumatera Utara, Wiwiek Sisto Widayat saat Bincang Bareng Media (BBM)digelar di Lantai VII Gedung BI, Jumat (05-06-2020).

Faktor utama yang menjadi alasan lambatnya pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatra Utara ini terjadi di Konsumsi Rumah Tangga (KRT). Di mana, pembatasan aktivitas masyarakat sebagai upaya pencegahan dan penyebaran Covid-19, yang berimbas pada Pemberhentian Tenaga Kerja (PHK), terutama pada pekerja yang bergerak di sektor pariwisata, jasa dan perdagangan akibat pandemi ini. Kemudian di sektor investasi.

“Dimasa pandemi ini rencana investasi pelaku usaha diperkirakan akan tertahan, serta membuat terhambatnya proses pengadaan, pembebasan lahan dan pembangunan akibat imbauan work from home dan social distancing,pembatasan sosial serta imbauan untuk tidak keluar rumah akan menurunkan aktivitas perdagangan ritel dan sektor pariwisata," papar Wiwiek.

Bahwa dengan meluasnya virus Covid-19 berdampak pada melambatnya beberapa Lapangan Usaha (LU), terutama LU Perdagangan, LU Industri Pengolahan dan LU Konstruksi.Untuk di LU Perdagangan sendiri, Covid -19 ini telah membuat melemahnya daya beli masyarakat, seiring dengan banyaknya pelaku usaha yang melakukan PHK dan merumahkan pegawainya, ujar Wiwiek. 

Meluasnya dampak COVID-19 diprakirakan mendorong perlambatan perekonomian Sumut menjadi berada di kisaran 4,3% - 4,7% (yoy) melambat 0,8% dari baseline dalam skenario sedang.

Dengan perkembangan terkini, dimana pertumbuhan dunia diperkirakan tumbuh 0,9% (yoy) (BI) serta Tiongkok tumbuh hanya 2.3% (World Bank), perekonomian Sumut berpotensi melambat lebih dalam pada kisaran 2,2 – 2,6% (yoy) dalam skenario berat.

Dalam kondisi sangat berat, ekonomi Sumut dapat turunhingga 1,2 – 1,6% (yoy). Dampak langsung perdagangan internasional akibat pertumbuhan ekonomi Tiongkok turun 3,8% dari baseline. Penurunan devisa wisman akibat penutupan pintu masuk bagi wisman selama 6 bulan. Berdampak langsung pass through kepada lapangan usaha akibat penurunan perdaganan internasional. Dampak tidak langsung dari penurunan pertumbuhan PDB Dunia turun 4,1% dari baseline.

Pada Asumsi berat, terjadi penurunan perdagangan internasional akibat pertumbuhan ekonomi Tiongkok turun 3,8% dari baseline. Berdampak penurunan devisa wisman akibat penutupan pintu masuk bagi wisman selama 6 bulan. Dampak pass through kepada lapangan usaha akibat penurunan perdaganan internasional. Penurunan PDB Dunia 2,1 % dari baseline serta penyesuaian harga komoditas eskpor utama di pasar internasional dalam asumsi berat.

BI Tetap Pantau Pandemi COVID-19 Guna Menempuh Langkah Kebijakan Perekonomian Nasional

Asumsi sangat berat, akan dampak langsung dari perdagangan internasional sebagai akibat pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang terkoreksi 3,8% dari baseline. Dampak langsung pada asumsi berat, terjadinya penurunan devisa wisman akibat penutupan pintu masuk bagi wisman selama 6 bulan. Pada Asumsi berat, dampak langsung pass through kepada lapangan usaha sebagai akibat penurunan perdaganan internasional. Dampak tidak langsung dari penurunan pertumbuhan PDB Dunia turun 4,1% dari baseline.

Secara Nasioanl dalam skenario berat, di kuartal II 2020 itu perekonomiannya adalah 1,1%. Dalam skenario berat yang disusun pemerintah di tengah pandemi, pertumbuhan ekonomi tahun 2020 diperkirakan hanya menyentuh 2,3%. Rinciannya, kuartal I tumbuh sebesar 4,7%, kuartal II sebesar 1,1%, kuartal III sebesar 1,3% dan kuartal IV 2020 tumbuh 2,4%.

Skenario pemerintah tersebut, disusun berdasarkan informasi satuan tugas (satgas) mengenai perkiraan penyebaran pandemi. Satgas memperkirakan virus corona bisa sampai puncak Juni-Juli 2020. Hal ini yang mendasari terbentuknya skenario berat.

BI akan terus membahas skenario berat tersebut bersama Menteri Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Skenario ini, ia katakan, menjadi acuan respons yang diperlukan ke depannya.


"BI akan terus berkoordinasi dengan Pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan otoritas terkait senantiasa memantau perkembangan pandemi COVID-19 guna menempuh langkah-langkah kebijakan yang diperlukan untuk memitigasi dan mengurangi dampaknya terhadap perekonomian nasional," harap Wiwiek. (torong)