Kepala Perwakilan BI Perwakilan Sumut Wiwiek Sisto Hidayat : 156.520 Merchant QRIS Tercatat Di Sumatera Utara Dan Peredaran Uang Palsu Menurun

7 Juli 2020

Medan | Indonesia Berkibar News - Merchant  (pedagang) pengguna Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di Sumatera Utara terus bertambah jumlahnya.Hingga Juni 2020, tercatat sudah 156.520 merchant QRIS di Provinsi Sumatera Utara.

“Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 5,39 persen atau sekira 8.007 merchant, bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang berjumlah 148.519 merchant,” sebut Kepala Perwakilan  Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumut, Wiwiek Sisto Widayat didampingi Direktur BI Andi Wiyana dan Kepala Group Advisory dan Pengembangan Ekonomi Ibrahimpada Bincang-Bincang Media (BBM), di Gedung Bank Indonesia Jalan Balai Kota Medan, Selasa (07-07-2020).

“Pangsa pasar terbesar berada di Kota Medan dengan jumlah 90.952 merchant atau sekira 58,1 persen dari total merchant QRIS di Sumatera Utara, menyusul Kabupaten Deli Sedang dan Pematangsiantar,” ungkapnya.

Meski pandemi covid-19 terus berjalan, KPwBI Provinsi Sumatera Utara terus mendorong salah satu aplikasi lokal yaitu Homemade Indonesia untuk dapat memperluas kanal pembayarannya.“Sejak tanggal 25 Juni 2020, Homemade telah dapat melayani transaksi contacties menggunakan QRIS,” ujarnya.

Sedangkan  aplikasi belanja online di Medan (Homemade Indonesia) ini, merupakan aplikasi belanja kebutuhan rumah secara online di Kota Medan yang sudah terhubung dengan 8 pasar dan dapat melayani pembayaran menggunakan QRIS. Diantaranya Pajak Petisah, Pasar Beruang, Pajak Hongkong, Pasar Meranti dan lainnya.

Selanjutnya  kasus peredaran uang palsu atau upal selalu ada. Untuk mencegah itu, perlu kewaspadaan dari masyarakat, agar melakukan kegiatan 'cukur' atau kenali ciri-ciri keaslian uang rupiah.

"Selama tahun 2019, upal yang diterima oleh Bank Indonesia dari perbankan di Provinsi Sumatera Utara mencapai 7.138 lembar dengan beberapa pecahan. Upal paling banyak didominasi pecahan Rp 100 ribu. Sedangkan untuk periode 2020, sampai dengan Juni berkisar 3.347 lembar.Dari temuan perbankan atau klarifikasi dari bank, seluruh uang dari masyarakat. Yang perbankan juga dari masyarakat, yang masuk dari warung, warung masuk ke supermarket dan disetor ke bank, dan oleh bank disetor ke Bank Indonesia," papar Wiwiek.

Bank Indonesia selalu melihat terlebih dulu sebelum uang disetor ke kas. Jika ada indikasi palsu langsung dipisahkan dan dilaporkan. Kemudian, dikembalikan ke perbankan yang menyetorkan sehingga kerugian tanggung jawab perbankan."Jadi harusnya masyarakat selalu waspada dan hati-hati, terus lakukan kegiatan cukur, yaitu kenali ciri-ciri keaslian uang rupiah," kata Wiwiek. (torong)