Opini : Fenomena Tawuran di Kalangan Pelajar, Salah Siapa?

2 Juli 2022

            Hampir tiap harinya kita melihat warna dari media pemberitaan di tayangan televisi dan juga media sosial (Instagram, facebook, twitter dan sejenisnya) fenomena tawuran di kalangan pelajar. Fenomena ini terjadi dikalangan pelajar yang seharusnya di usia mereka perhatian dari orang tua serta tenaga pendidik sangat diperlukan dan berperan sangat penting. Tawuran dikalangan pelajar memberi identitas baru dengan menjadikannya kebiasaan dan trend, bahkan sudah menjadi tradisi yang turun-temurun di kalangan pelajar. Tawuran antar pelajar sepertinya menjadi persoalan klasik yang tidak pernah terselesaikan  Bahkan di pertengahan tahun ini peristiwa tawuran bukan hanya sekadar kenakalan remaja, tidak hanya terjadi di lingkungan atau sekitar sekolah saja, namun terjadi di jalan-jalan umum yang digunakan oleh masyarakat umum, tidak jarang disertai pengrusakan fasilitas publik.

 Perilaku ini selanjutnya, telah menjurus pada perbuatan kriminal karena sudah terjadi timbul korban kekerasan bahkan sampai pembunuhan. Hal ini jelas beralasan karena dilihat dari senjata yang biasa dibawa dan dipakai oleh pelajar saat tawuran bukan senjata biasa. Mereka tidak mengandalkan tangan kosong, Tetapi sudah menggunakan alat-alat yang berbahaya dan mematikan, seperti batu, bambu dan kayu, serta senjata tajam. Misalnya, parang, pedang, pisau, tongkat besi, gir dan rantai motor, atau semacam benda tajam dan tumpul lainnya yang disesuaikan oleh pelajar yang sewaktu-waktu terlibat tawuran langsung bisa digunakan sebagai senjata.

Kasus tawuran antar pelajar yang terccatat pada tahun 2021 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) terdapat 188 desa/kelurahan yang menjadi arena perkelahian antar pelajar. Inilah salah satu fenomena di kalangan pelajar Indonesia saat ini, mereka memilih waktu luang untuk mengisi kehidupannya dengan tawuran selepas jam sekolah selesai dan menjadikannya agenda rutin. Berkembang di masyarakat masalah tawuran antar pelajar diharapkan tidak meremehkan persoalan ini. Justru sebaliknya, Masyarakat harus sadar bahwa masalah tawuran antar pelajar ini adalah masalah yang serius yang harus segera dicari solusinya.

Perlu diketahui bahwa di usia remaja terjadi gejolak dan rentang perkembangannya menuju usia dewasa, Hal ini menuntut kemampuan remaja untuk dapat menyesuikan diri serta berinteraksi dengan lingkungannya. Kondisi ini tentu sangat sulit bagi remaja, mereka memerlukan kemampuan semacam life skill serta bimbingan agar dapat diterima oleh orang dewasa maupun teman seusianya. Perlunya diciptakan suatu lingkungan yang mampu mengembangkan minat dan bakat dari remaja yang tercipta dari sistem Pendidikan di Indonesia.

Kita ketahui bahwa Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang saat ini posisinya sebagai Negara berkembang sedang mencari bentuk tentang bagaimana cara dan upaya agar menjadi negara maju terutama dibidang Pendidikan. Dapat dilihat bahwa sistem pendidikan di Indonesia tertuang sebagaimana visi dan misi Sistem Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU RI NO. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS adalah sebagai berikut:“Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.”Adapun misi yang diemban oleh SISDIKNAS adalah:“Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat (UU RI SISDKNAS:41).” Jelas dikatakan bahwa Sistem Pendidikan Nasional yang merupakan sistem pendidikan yang akan membawa kemajuan dan perkembangan bangsa dan menjawab tantangan zaman yang selalu berubah sesuai dengan realita yang ada dan idealitas yang diharapkan bangsa Indonesia.

Pada saat ini Indonesia dihadapkan pada ragam persoalan internal dan ekternal yang ditimbulkan oleh berbagai macam perubahan, seperti perubahan tenologi, perubahan sosial dan perubahan budaya yang terutama membawa dampak dalam perkembangan Pendidikan kemajuan dan keberhasilan suatu bangsa. Perubahan sosial yang dibarengi perubahan budaya tidak dapat dihentikan sebagian besar remaja bersikap ambivalen (tidak pasti) terhadap setiap perubahan. Pada tingkatan sekolah dapat kita lihat secara jelas di sekitar kita, perbedaan kualitas Pendidikan antar sekolah bisa terlalu jauh kualitasnya dengan sekolah di sekitarnya. Jika hal ini terjadi sistem Pendidikan yang dijelaskan diatas sudah seharusnya dibenahi. Dalam masa ini juga Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang beraneka ragam suku dan budaya sudah seharusnya menekanan identitasnya agar tidak tergerus zaman. Sehingga terciptalah sistem Pendidikan yang menggambarkan identitas dari Bangsa Indonesia bukan mengikuti bangsa-bangsa lain.

Oleh : Fitrah Wahyuni Surbakti