Melihat Wisata Tani Zanzibar Indonesia Hebat

23 September 2019
Zanzibar | Indonesia Berkibar News - Melihat Wisata Tani Zanzibar "Indonesia Hebat, Harus Tingkatkan Model Kemasan dan Promosi"Stonetown Zanzibar,Disela-sela kegiatan Bupati Serdang Bedagai (Sergai) Ir H Soekirman yang didaulat sebagai Pembicara dengan tajuk " How to strengthen potential of religious Actors in Promoting Peace " di Zanzibar Tanzania. 

Sekitar dua jam menjelang keberangkatannya ke bandara untuk kembali ke Indonesia, Soekirman menyempatkan untuk melihat potensi khususnya dibidang pertanian yang ada di negara bebas sampah plastik tersebut.Dibantu Guide bernama Juma, yang menawarkan wisata “ Spices Tour Zanzibar “.

Demikian dikisahkan Bupati Sergai Ir H Soekirman yang disampaikan kepada Kadis Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Drs H Akmal M.Si melalui WhatsApp langsung dari Zanzibar, Tanzania, Senin (23-09-2019) malam. 

Dikatakan Soekirman, saat berbincang-bincang dengan Guide dalam bahasa Inggris, sebagai Ketua Perhimpunan Penyuluh Pertanian Indonesia (PERHIPTANI) saya sekalian ingin lihat lapangan. “ Yes, you can also visit farmer who growing vegetable, banana, and most of them are spices growers,” jawab sang Guide. “ Rupanya di hotel-hotel Zanzibar  ada semua paket tour rempah-rempah. Baru saya ingat,  bukankah Zanzibar sejak dulu terkenal sebagai pulau penghasil cengkeh? Setelah baca harga dan janji dua jam harus sampai di lobi hotel, tour dadakan itu dimulai. 

Itulah Desa Rempah bernama “ Kizimbàni  Spice Farm “ 12 km sebelah timur Stonetown Zanzibar, ujar Bupati.Di awali lipstik flower.Ini namanya pohon lipstik, apakah anda pernah melihatnya? Tanya Guide Juma, Saya jawab ya. Sebagai ketua penyuluh saya kenal, kalau di Indonesia namanya pohon "kutek" dan kita gunakan sebagai pewarna main-mainan. 

Syarif ((22)  menjelaskan guna buah lipstik. Kemudian datang temannya dan demo penggunaan buah kutek sebagai gincu bibir, titik dikening.

 Setelah selesai buah lipstik, kami dibawa keliling berturut-turut ke pohon belimbing, sereh wangi, belimbing wuluh, lengkuas, kulit manis, vanili, lada, buah pala, kapulaga, dan akhirnya istrahat dibawah pohon kenanga. Syarif  sangat menguasai cerita setiap tanaman, manfaat, sejarah, produksi, prosesing  yang di tunjukkan pada kami.

Sepintas saya hanya melirik pohon jati, pisang, ketela, yang ditanam tidak beraturan dan kualitasnya juga tidak baik. Barulah dibawah bunga kenanga ada yang membawa parfum buatan rakyat setempat. Mereka bilang bunga-bunga ini setelah dikeringkan diproses di ekspor ke Prancis. Kemudian disana diolah  jadi parfum terkenal dan sangat mahal harganya. 

Namun di Zanzibar karena mayoritas Muslim tidak suka dengan parfum beralkohol. Silahkan pilih yang mana, vanila, kenanga, rose, dan lainnya. Akhirnya karena tidak banyak waktu saya ambil 3 botol kecil, seharga  TS 30.000,- TS  (Tanzania Shiling), sekitar Rp 180.000,- ( 1 TS = Rp 6,-. Ada juga minyak cengkeh, sabun dan lainnya buatan masyarakat setempat yang ditawarkan untuk oleh-oleh.

“Sayangnya belum dikemas dan kurang dipromosikan dengan optimal,” ujarnya.Dengan sedikit rasa heran, Bupati mengatakan, bayangkan saja Desa Kizimbani, dibanding Desa yang ada di Indonesia seperti di Sergai jangankan 1 atau 2 jam, untuk wisata 1 hari disebuah desa tidak akan kekurangan atraksi. Di desa Melati II Perbaungan sebagai contoh, selain melihat tanaman padi dengan segala proses, ada sayur-mayur, ada ternak unggas atau ruminansia, bahkan berbagai jenis ikan untuk dipancing, taman hewan, kesenian rakyat, kerajinan desa, proses susu kambing, telur asin, bibit durian musangking, pabrik mesin pertanian, dan panorama desa panting kleset dan lainnya.

Belum lagi dikaitkan dengan desa sebelah Pegajahan ada salak, aneka makanan kripik dan opak, desa budaya Bali, buah-buahan di Sukasari rambutan, durian dan pisang. Desa wisata lain Buluh Duri di Sipispis, terkenal sebagai arena Arung Jeram, ada pula heritage perkebunan N3 Pamela peninggalan Belanda dengan produksi karet, dan berdekatan dengan sentra buah duku dan pisang barangan di Simalas Kecamatan Sipispis. Ikan air tawar selalu tersedia sepanjang waktu. Apa yang kurang dibanding Zanzibar? Dalam hal ini PERHIPTANI harus siap lakukan Reformasi penanganan ekonomi kreatif desa dengan mengelola potensi wisata tani. English farming harus diadakan agar semua

Koordinasi dengan organisasi profesi lain seperti HPI, ASITA, FAJI, ALGOA,  harus dilakukan, kata Bupati penuh semangat. “ Kalau Desa Kizimbani Zanzibar dalam waktu 1 jam bisa hasilkan TS 60.000 atau Rp 360.000,- tentu desa wisata Sergai bisa seperti itu. Tinggal ide dan inisiatif yang perlu  dikembangkan. Apalagi Desa Melati II sudah disentuh oleh Kemendes RI melalui PIID-PEL (Program Inkubasi Innovasi Desa - Penguatan Ekonomi Lokal).

Demikian juga Buluh Duri yang telah berhasil menyabet juara II desa Innovasi TTG tingkat Provinsi Sumut 2019 pasti lebih mudah berkembang. “ Ayo PERHIPTANI singsingkan lengan baju, buka mata dan telinga, ciptakan ekonomi kreatif,” ajaknya.

 Dikemukakannya, bersama masyarakat desa jangan hanya banyak pendapat, tetapi juga banyak "pendapatan". Mari kita coba di Indonesia, kita belum terlambat, demikian dijabarkan Bupati Soekirman kepada Kadis Kominfo H Akmal.(fit)